Tweet : Catatan untuk Orang Tua Santri
** Catatan ini merupakan kumpulan tweet dengan judul di atas di akun twitter @ad_zadani. Telah dilakukan penyesuaian redaksi tweet seperlunya
SARAN BUAT ORANG TUA
Yang ingin memasukkan anaknya ke pesantren tahfidz
1. Marilah kita ingat nasihat dari Jundub Ibnu ‘Abdillah
radhiyallahu ‘anhu. Sahabat Nabi saw. ini mengomentari generasi tabi’in yang
mendahulukan belajar Al-Qur’an dengan berkata, “Kami belajar iman sebelum
belajar Al-Qur`an, kemudian belajar Al-Qur`an sehingga dengannya bertambahlah
iman kami.”
2. Kita juga telaah QS. Al Jumu'ah : 2, "Dialah yang
mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka Kitab dan Hikmah ..."
3. Jelaslah urutannya. Anak diberikan bekal iman terlebih
dahulu. Siapa yang bertanggung jawab? Orang tualah yang harus meletakkan
pondasi keimanan dan akhlak serta harta yang halal sejak ia dalam kandungan
hingga siap masuk ke pesantren.
4. Dengan kokohnya iman dan baiknya budi pekerti, ia telah
siap menerima pelajaran apapun, baik Qur'an, ilmu diniyah maupun ilmu kauniy
(umum) di pesantren.
5. Mengapa orang tua yang bertanggung jawab? Bagaimana dengan
tugas pesantren? Beruntung jika Anda mendapatkan pesantren yang baik : yaitu
pesantren yang benar-benar meletakkan aqidah sebagai asas dan akhlak sebagai
pendidikan yang nyata.
6. Silahkan disadari oleh semua : orang tua, pengasuh
pesantren atau masyarakat umum bahwa banyak pesantren yang lalai dan abai dalam
pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak hanya sebagai pelengkap kurikulum, dibahas
di kelas dan diuji dengan soal tertulis. Tidak lebih dari itu. Banyak pesantren
yang terlalu sibuk 'mengurus' masalah anak dengan beragam karakter dan latar
belakang.
7. Akan lebih berat lagi jika orang tua tidak pernah
mempersiapkan keluarganya untuk memberikan lingkungan kondusif bagi anaknya
sebagai penghafal Qur'an. Sementara usia 0 - 12 tahun (saat ia masuk pesantren
setingkat SMP) anak tumbuh dalam pengasuhan orang tua dan lingkungannya.
8. Para ustadz (dan juga orang tua) terlalu semangat
memotivasi anak agar mencapai target hafalan atau lulus ujian, sementara anak
tidak diberikan penyadaran tentang apa yang ia hafal, kecuali sedikit melalui
ceramah tanpa teladan yang cukup.
9. Sehingga jangan heran jika menemukan penghafal Qur'an
bahkan telah menyelesaikan hafalan 30 juz namun tidak sesuai perilakunya. Ada
seorang hafidz yang pacaran, hafidz yang mencuri, hafidz yang nonton video
porno, hafidz yang kabur dari pesantren, hafidz yang membentak orang tuanya,
hafidz yang mencontek ketika ujian dan perilaku buruk lainnya. Karena mereka
menghafal Qur'an hanya di memori otak belaka, tidak sampai ke hati.
10. Menghafal quran adalah proses kognitif, yaitu mengolah
pengetahuan hingga ia memahami. Sementara tentang perubahan perilaku atau
menunjukkan akhlaq yang baik merupakan proses afektif, dan inilah maqam
tertinggi dalam sebuah pendidikan.
11. Maka janganlah merasa cukup dan berbangga hanya pada
banyaknya hafalan. Kita dapat mengajari anak-anak untuk menghafal dengan cepat
dan membaca dengan lancar. Tetapi keterampilan melafazkan Al-Qur’an dengan
benar tidak dengan sendirinya membuat anak-anak dekat hatinya pada Al-Qur’an.
Bisa membaca dengan baik tidak sama dengan mampu mengambil petunjuk.
12. Bahkan sekedar faham bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk,
pembeda dan penjelas pun belum tentu. Sebab, sangat berbeda antara memahami
secara kognitif dengan dorongan spontan untuk selalu melihat bagaimana
Al-Qur’an berbicara.
13. Memiliki anak yang hafal Al Qur'an bukanlah sekedar
kebanggan. Ia adalah kemuliaan yang Allah anugerahkan di dunia yang kelak akan
memberikan mahkota bagi orang tuanya kelak di syurga.
14. Kemuliaan yang agung tersebut tidak mungkin dicapai
dengan tanpa adanya usaha yang keras dari orang tua. Tidak mungkin hanya dengan
menyerahkan sang anak kepada guru mengaji atau ustadz di pesantrennya agar
dididik dengan keras sehingga hafal ayat Al Qur'an.
15. Persiapkanlah sang hafidz, sejak ayah memilihkan ibu
yang baik baginya. Diberikan nafkah yang halal dan barakah, ditimang dengan
ayat sejak dalam kandungan, didampingi dalam tumbuh kembangnya. Kemudian
dipilihkan teman permainannya. Dan ditempatkan pada lingkungan yang baik pula.
1XBET Casino - Review - Xn Games
BalasHapusThis is another place to start playing casino games. 바카라 It is a 1XBET relatively 188bet new site that is a fairly new place in the gambling market.