Tips Membuat Kesepakatan, Prosedur dan Peraturan

Perangkat-perangkat untuk membentuk pola kedisplinan dapat dibagi menjadi tiga jenis : kesepakatan, prosedur dan peraturan, dan dapat ditambahkan kebijakan. Ketiga perangkat tersebut (untuk sementara saya gunakan istilah ATURAN) memiliki sifat yang berbeda-beda.  

Kesepakatan  bersifat fleksibel dan bersifat informal yang berisi tentang bagaimana cara membuat suasana belajar atau kegiatan tertentu menjadi lancar. Kesepakatan dibuat oleh pihak-pihak yang memiliki keterlibatan suatu kegiatan. Misalnya kegiatan pembelajaran di kelas, maka yang membuat kesepakatan adalah guru dan siswa dengan memperhatikan hak dan kewajiban masing-masing. Hal-hal yang masuk dalam wilayah kesepakatan adalah hal-hal yang ringan dan bersifat interaksi lebih sempit, contoh guru Matematika (saja) dengan siswa kelas 3. Sangat mungkin bahwa kesepakatan tidak berlaku antara siswa kelas 3 dengan guru Bahasa Inggris. Contoh poin kesepakatan adalah, guru membuat tulisan P.E.K.E.R.J.A.A.N R.U.M.A.H, dan setiap siswa yang mengerjakan PR, maka satu per satu huruf akan dihapus dan bagi siswa yang sudah terhapus semuanya, tidak akan lagi PR untuknya. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jangan sampai kesepakatan yang dibuat bertentangan dengan peraturan yang ada.

Prosedur memiliki tujuan membentuk rutinitas kegiatan agar lebih terstruktur, rapi dan kompak. Jika prosedur tidak dilaksanakan, maka kegiatan TIDAK DAPAT berlangsung dengan baik. Contoh prosedur adalah bahwa sebelum masuk kelas, siswa harus baris berbaris. Wali kelas harus memastikan kelengkapan seragam siswa, jika siswa tidak mengenakan seragam, maka siswa tidak diperkenankan masuk sampai siswa mengenakan seragam dan kelengkapannya. Jika lebih dalam, maka sebetulnya prosedur ini adalah pembentuk disiplin yang paling berpengaruh, karena siswa akan selalu membentuk rutinitas sebelum-selama-sesudah mengikuti suatu kegiatan. Jika tidak mematuhi prosedur, siswa tidak dapat mengikuti kegiatan.

Peraturan bersifat lebih formal dan memiliki konsekuensi yang disebut hukuman.

Apakah semuanya dapat melahirkan konsekuensi?
Ya! Ingat 11 aturan dasar : setiap perbuatan akan akan melahirkan konsekuensi. Hanya saja kadarnya berbeda-beda. Melanggar kesepakatan menimbulkan konsekuensi tidak mendapatkan haknya. Sementara tidak mematuhi prosedur mengakibatkan pelaku tidak dapat mengikuti kegiatan. Bagaimana jika siswa tetap tidak dapat mengenakan seragam(misalnya)? Inilah wilayah peraturan, bukan lagi prosedur.

Salah satu hal paradoks dalam perkembangan anak, lebih banyak aturan (ingat! aturan adalah perangkat yang terdiri atas kesepakatan, prosedur dan peraturan) yang mendefinisikan batasan-batasan perilaku maka akan menciptakan banyak kebebasan untuk tumbuh dan berkembang. Aturan membuat seseorang merasa aman dari ancaman orang lain, aturan memberikan dunia anak terdefinisi secara jelas. Tanpa aturan anak akan ada teriakan, pencurian, tidak menghargai, tangis, pukul dan perilaku yang membuat tidak nyaman. Meski begitu, aturan kadang tidak disukai oleh anak-anak karena penyampaian dan konsekuensi dari tidak adanya peraturan belum dimengerti.

Berikut ini sedikit tips dalam menyusun aturan :

  1. Ambil kertas dan pulpen, catatlah semua orang yang terlibat dan semua kegiatan yang ada dalam  lingkungan sekolah, rumah tangga atau yang lainnya,
  2. Catatlah hal-hal yang menurut anda patut diwaspadai akan terjadinya hal-hal yang menyimpang,
  3. Buatlah daftar yang berisikan perilaku yang baik dan buruk,
  4. Susunlah anjuran dan larangan secara spesifik, anak butuh batasan yang jelas. Aturan yang pesifik juga menghindarkan diri dari adu argumentasi.
  5. Sosialisasikan peraturan tersebut kepada semua pihak yang terlibat.
  6. Andalah sebagai orang tua atau guru yang bertanggung jawab menyusun aturan yang bersifat prosedur dan peraturan, bukan anak-anak. Maka aturan tersebut tidak dapat digugat. Tentu jangan anda samppaikan hal ini dengan nada paksaan ... Namun aturan tersebut bukanlah sebuah tulisan yang dipahat di atas batu yang tidak dapat ditinjau, maka  evaluasilah sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi. Anda boleh melibatkan anak-anak dalam evaluasi ini, dan kata kuncinya adalah Anda akan mempertimbangkan usul anak, hal ini  membuat anak merasa berhak menentukan peraturan, meskipun sebetulnya tidak, dan mereka tidak mneyadari.

Bagikan artikel melalui :

KOMENTAR

2 comments: