Hormat Kepada Guru

Aku sering menjadi tempat curhat anak-anak, tempat mereka berkeluh kesah, tempat mereka menuangkan kemarahan, kekecewaan atau sekedar sebagai teman mendengarkan celotehan mereka.
Maka aku sangat tahu perkembangan anak-anak, tentang prestasi belajar mereka, tentang perilaku mereka, tentang masalah pribadi (baik interpersonal maupun intrapersonal) dan aku selalu mengikuti setiap perkembangan mereka.

Suatu saat, muridku sebut saja namanya Fulan -- dia sebetulnya anak cerdas, anak yang baik dan penurut --, menjadi topik obrolan beberapa guru di kantor. Entah mengapa, akhir-akhir itu beberapa guru (beberapa guru memang sering minta ngobrol bareng tentang anak denganku) mengatakan dia prestasinya menurun, perilakunya agak aneh -- maksudnya, dulunya dia penurut, sekarang menjadi 'pemberontak'--. Aku pun mencoba menggali, ngobrol di bawah pohon jambu, sehabis belajar malam, kira-kira pukul 22.00, seperti biasa tempat dan waktu yang aku habiskan untuk belajar tentang kehidupan bersama anak-anak.

Masa pubertas, itulah jawaban yang aku dapatkan pertama kalinya. Dia sedang bereksperimen terhadap pribadinya ... Maka aku biarkan ia bereksperimen, belajar langsung terhadap apa yang dia lakukan dan mempertanggungjawabkan pilihannya. Aku hanya memantau dan kadang mengajak ngobrol, memberikan rasionalisasi dan konsekuensi logis terhadap apa yang sedang dia rencanakan maupun yang telah ia lakukan.

Seperti biasa, ketika prestasinya semakin merosot, aku ajak dia ngobrol santai. Aku berikan dia masukan sebagaimana yang sering aku berikan kepada anak-anak yang lain dalam situasi sulit seperti ini ... yaitu : perbaiki hubungan antara dia dan Allah, ingat kembali akan amanah orang tua, tentang pola belajar, manajemen waktu, dsb.

***

Sampai suatu saat aku menjadi wali kelasnya, prestasi akademiknya belum berubah secara signifikan, yang menurut perhitunganku, seharusnya dia bisa lebih baik. Aku tidak pernah menyerah untuk memberikan motivasi. Demikian pula sikap dan perilakunya, masih memiliki banyak catatan dari beberapa guru.

Seiring berjalannya waktu, ia menunjukkan apa yang memang dia bisa raih, prestasinya gemilang, yang tentu saja membuat aku merasa gembira -- plus sedikit Ge-eR, aku berhasil membangkitkan motivasinya -- . Maka aku ajak dia ngobrol. Sebenranya kegiatan ngobrol ini bukan hanya ketika anak ada masalah. Ketika anak menunjukkan upaya perbaikan pun aku lakukan. Kami berbincang untuk mengetahui, apa rahasia dia bisa kembali melejit.

Ternyata ke-Ge-eR-an ku salah besar!!! Ketika aku bertanya ...

"Saya suka sekali melihat hasil upaya perbaikanmu."

"Syukran (terima kasih) ustadz."

"Kalau boleh ustadz tahu, apa rahasia Fulan menjadi jauh lebih baik dari beberapa saat yang lalu ..."

"He .. he .." (Dia hanya tertawa kecil)

"Fulan -- aku selalu sebut nama ketika ngobrol -- sudah menemukan pola belajar?"

"Biasa saja tadz."

"Nggak ada yang berubah?"

"Nggak."

"Atau ... apa motivasimu saat ini?"

"Ya ... sama seperti yang dulu ... "

Aku menjadi tambah bingung ...

"Terus, rahasia apa apa yang menjadikan Fulan menjadi luar biasa seperti ini?"

"Ihtiram kepada guru," jawabnya pendek.


Aku semakin kaget ...

"Dari mana Fulan temukan rumus, bahwa ihtiram kepada guru mempengaruhi prestasi belajar?"

"Ya ... dulu kan saya pernah mencoba-coba, untuk 'jahil' kepada guru, kadang-kadang kalau lagi kesel pengin ngerjain, sering ngambek dan banyak lagi ... Trus hasilnya prestasiku turun drastis."

"Apa yang Fulan rencanakan?" aku menjadi semakin tertarik dengan diskusi ini.

"Saya coba memikirkan, dan mungkin karena itulah saya menjadi siswa yang mengecewakan. Maka aku coba cara baru, hormat kepada guru."

"Bukankah itu cukup sulit bagi yang terbiasa tidak menerima beberapa sikap guru."

"Ya, namun saya tahan untuk tidak marah dan ngambek."

Akhirnya aku salami dia, aku ucapkan terima kasih atas ilmu ini ...

Oooo ...

Aku baru sadar, bahwa ada variabel lain dalam berprestasi, tak hanya pola belajar dan motivasi -- yang memang selama ini aku dan teman-teman guru sering gaungkan --- namun harus ditambah rasa hormat kepada guru.

Secara empiris rumus tersebut dijamin benar 100%.

Aku dapat sebuah ilmu yang luar biasa ...

Bagikan artikel melalui :

,

KOMENTAR

0 comments:

Posting Komentar