Sampai Kapan Kalian Akan Terus Membuatku Gila?

Jam setengah dua belas tadi malam, nafasku masih terasa berat sejak dua hari ini. Entah kenapa, aku pun tidak tahu : bahkan dokter di klinik sebelah mengatakan jantungku sehat, paru-paruku juga bersih, lambung juga sedang stabil, so dokter hanya memberiku vitamin. Padahal awalnya aku khawatir kalau ada masalah dengan jantungku karena aku sangat jarang terkena sesak nafas. Sudah seharian kemarin aku tidak masuk kantor, padahal ada jam mengajar di kelas 1 dan kelas 2. Psikosomatiskah ini? Sebuah gangguan fisik yang disebabkan oleh kondisi psikis yang kurang stabil. Memang sakit ini muncul tiba-tiba sejak aku melepas 18 ksatriaku untuk berlibur. Sebetulnya perasaan ini selalu berulang setiap tahunnya ketika anak-anak menyelesaikan ujian akhir. Tapi, kali ini beda dan aku benar-benar merasa nggak karuan dan terjadi 'sesuatu' yang aku sendiri juga tidak pernah mengerti. Ah, nggak berguna sekali aku kuliah psikologi ternyata nggak bisa mengatasi perasaan ini.

Tidak bisa memejamkan mata, pikirku pun melayang, memandang banyak gambar yang ada dalam kenangan. Aku pun terbangun dan beranjak keluar. Sepi. Di ruang tengah gelap, ruang guru ada dua anak yang telah tertidur di sofa, kecapekan setelah belajar tampaknya. Aku merasa ada yang hilang. Tiba-tiba aku terdorong untuk melangkah ke lantai 2. Ruang kelas 6 gelap. 

Perlahan, kubuka ruang kelas 3. Ah! Dadaku semakin sesak, seperti ada sesuatu yang membekap hidung dan mulutku. Astaghfirullah. Kunyalakan lampu. Dan ruang kelas tampak kosong. Sepi. Aku hanya duduk diam di kursi guru, mengatur nafas yang semakin berat. Ah! Padahal harusnya aku ini sedang bersama anak-anak, belajar bersama, menyimak diskusi mereka, menikati ramainya belajar atau membangunkan yang sudah tertidur sebelum waktunya dan banyak cerita lagi ... . Sekarang hanya ada deretan kursi yang sepi. Terpekur hampa, aku pun melangkah meninggalkan kelas. Tidur.

Tiba-tiba aku terbangun, dan segera ke toilet untuk mengambil air wudlu dan langsung menuju ke lantai dua. Kubuka pintu ruang kelas 3 dan kunyalakan lampu. Astaghfirullah! Ada apa aku ini? Rasanya tubuh dan pikiranku tidak dalam waktu ini. Aku seperti masih ingin membangunkan tahajud anak-anak, tapi kan mereka sekarang tidak ada, kelas hanya sepi. Ya Allah, masih jam dua kurang sepuluh menit! Ya sudahlah, aku shalat dua rakaat saja kemudian kembali ke tempat tidurku. Kutahan rasa yang entah apa namanya? Haruskah aku menangis karena ini? Sungguh terlalu kalian ini ... .

Kadang kala ada pikiran 'jahil' terlintas diotakku agar kalian bisa kembali ke Kafila secepatnya, buat program apalah ... kemudian SMS orang tua dan kalian segera kembali. Wushh!! Aku pun sadar, kalian punya hak untuk bersama orang tua, bercerita petualangan kalian, berkeluh kesa, mengungkapkan perasaan yang selama ini terpendam, atau .. sekedar bisa fesbukan di warnet. Itu hak kalian yang tidak akan aku ganggu. Janji deh. Biar aku saja yang mengalah, aku pun ingin berlibur, bertemu dengan Ibu dan Ayahku, cari istri atau ... apa saja yang penting pulang. Tegang mungkin selama ini. Sayangnya izin pulang belum keluar. 





Alhamdulillah, tadi sudah shalat tahajud karena pagi ini aku bangun ketika adzan dari mushala sebelah berkumandang. Hari Rabu adalah hari yang seharusnya aku mengajar penuh. Sesi pertama bersama anak-anak kelas 1, bercerita banyak hal, karena aku masih kurang fit untuk mengajar. Selanjutnya adalah biasanya bersama 18 anak-anak spesial ini, tapi jam 09.15 aku hanya kembali mendapati kelas yang berisi bangku berderet dengan rapi. Haruskah aku disini sampai jam 2 siang seperti biasanya? Akhirnya mesin motor aku nyalakan dan melaju ke arah rumah Luqman, meski aku nggak tahu tepatnya yang mana. Muter-muter kok nggak ketemu, barangkali Luqman sedang ada di luar. Terus kalau ketemu Luqman mau ngapa? Ya ... nggak tahu. Pengin saja. 

Sampai kapan kalian akan membuatku gila seperti ini? Ini adalah gilaku edisi ke-5 yang pernah kalian buat. Edisi pertama adalah ketika harus mengajar kelas yang kosong. Aku berteriak-teriak sendiri dalam kelas. Kalian ingat itu? Mungkin kalian tidak merasa, kalau aku benar-benar gila ketika terjadi banyak cerita di Pare, harusnya kalian tahu jika hatiku sangat takut untuk menerima kenyataan seandainya kalianlah yang berbuat jahat waktu itu. Setelah itu kejadian berulang dua kali di kamar. Itulah gilaku edisi ke-2. Lalu urusan tingkah polah kalian yang sampai-sampai ada komplain dari adik kelas, banyak barang-barang kelas yang rusak, sampai aku pernah baru bisa tidur jam 2 malam karena harus memikirkan pemindahan kamar di antara kalian, semua ini membuatku gila edisi ke-3. Tapi, kalian yang seperti telah membuatku tiga kali gila kelas berat masih membuatku gila lagi dengan selesainya dua teman kalian menghafal 30 juz. Aku tidak percaya! Okelah, aku menyerah. Aku turuti apa mau kalian. Ayo buat mindmap biologi, ke IBF padahal sebetulnya tidak ada agenda, syukuran atau apapun itu. Apapun itu ... Uhibbukum fillah ! Meski mungkin kalian nggak percaya karena aku sering berlaku keras, judes, semaunya.




Anak-anakku,
jika kadang aku berlaku keras kepadamu
Maafkanlah aku ...
Percayalah, itu hanyalah caraku 
yang tak ingin melihatmu 
gagal dan kecewa

Bagi seorang guru sepertiku,
kesedihan terdalam adalah
saat melihat muridnya menghadapi kegagalan
Maka,
bahagiakanlah aku 
dengan keberhasilanmu


Jakarta, 1 Mei 2013

Bagikan artikel melalui :

,

KOMENTAR

0 comments:

Posting Komentar