Seniman-seniman Jagung di Sekolahku
Aku punya hoby jalan-jalan ke kamar asrama anak setiap waktu ada waktu senggang. Bertemu dengan anak, mendengarkan keluh kesah, menikmati canda dan celotehnya menjadi kegiatan yang paling menyenangkan, merupakan hiburtan tersendiri bahkan aku jadikan waktu refreshing, menghilangkan kepenatan kerja. Dan pasti adaaa ... aja yang aku dapatkan setiap bertemu mereka.
Pagi ini, sewaktu anak-anak mengikuti KBM aku coba ke asrama, kabarnya ada seorang anak kelas satu yang sakit. Kasihan dia, sebagai anak pesantren tentunya menjadi latihan kehidupan tersendiri di saat sakit tanpa ada ibu dan ayah di sampingnya. Setelah cukup mengobrol, aku keliling kamar, mulai kamar kelas satu hingga kelas 3. Setiap kamar ada keunikan sendiri-sendiri.
Tiga jagung manis mentah tergeletak di atas lemari siswa. Penasaran aku : buat apa ya? Aku juga jumpai sebuah lukisan sederhana yang terpampang menghias lemari pakaian seorang siswa. Aku perhatikan perlahan, dari tanah halaman pesantren?!! Ya. Seorang anak melukis menggunakan kertas HVS dengan media tanah yang diambil dari halaman yang warnanya kecoklat-coklatan. Tampaknya sederhana, namun jika diperhatikan lebih seksama, lukisan itu menggambarkan suasana alami ... tak bisa diceritakan.
Berkeliling tempat tidur, masih di kamar yang sama, aku temui display tiga surat Al Qur'an yang terakhir. Dibuat dari bekas tusukan es krim dan sedotan, jadilah sebuah hiasan penuh arti ini yang dipajang di atas lemari pakaiannya. Tak jauh dari hiasan Qur'an tadi, aku dapati sebuah 'celengan' yang terbuat dari kaleng biskuit bekas. Aku 'kocrak-kocrak' .... terdengar ada banyak uang recehan di dalamnya, tabungan anak-anak. Subhanallah. Tak terasa aku telah berada di kamar kelas dua ini, sampai aku teringat, aku ada jam mengajar. Aku kembali ke kantor dengan menyisakan satu pertanyaan. Jagung. Pasti ada satu hal yang nggak biasa dengan jagung yanga ada di kamar, batinku.
Berkeliling tempat tidur, masih di kamar yang sama, aku temui display tiga surat Al Qur'an yang terakhir. Dibuat dari bekas tusukan es krim dan sedotan, jadilah sebuah hiasan penuh arti ini yang dipajang di atas lemari pakaiannya. Tak jauh dari hiasan Qur'an tadi, aku dapati sebuah 'celengan' yang terbuat dari kaleng biskuit bekas. Aku 'kocrak-kocrak' .... terdengar ada banyak uang recehan di dalamnya, tabungan anak-anak. Subhanallah. Tak terasa aku telah berada di kamar kelas dua ini, sampai aku teringat, aku ada jam mengajar. Aku kembali ke kantor dengan menyisakan satu pertanyaan. Jagung. Pasti ada satu hal yang nggak biasa dengan jagung yanga ada di kamar, batinku.
Sore harinya, aku mencoba ke kembali kunjung ke kamar anak kelas dua (VIII MTs) di lantai empat, aku ingin tahu, barang kali ada jawaban atas penasaranku pada : jagung. Dari teras telah terdengar canda anak-anak sehabis shalat ashar. Sebelum masuk kamar aku telah disambut Abdul Hakim, seorang siswa asal Bontang, Kalimantan Timur. Dia mengajakku masuk ke kamar, dan kulihat anak-anak sedang 'miprili' jagung (Wah, nggak tahu bahasa Indonesianya.) Ada Abdurrahim yang sedang merebus biji-biji jagung yang pada pemanas elektrik.
"Ada acara apa ini?" tanyaku pada anak-anak.
"Buat buka puasa Ust..." jawab Bilal, siswa asal Bogor.
Aku berfikit sejenak, "Puasa? Kan hari ini Selasa?"
"Daud Ust ...," timpal Tezar, siswa bertubuh mungil asal Jepara.
Sambil ngobrol santai dengan anak-anak, sesekali aku ambil gambar tentang kegiatan sore itu. Ada Reno, siswa kelas 4 (1 aliyah) yang mengajari cara membuat jagung-agar-agar, ada Arju sedang menuangkan jagung yang matang ke dalam wadah plastik, ada juga yang sedang membuat agar-agar. Akhirnya setelah obrolan ringan, aku tahu bahwa mereka sedang berbisnis. Abdul Hakim, sebagai markettingnya memang lihai menawarkan jagungnya padaku dengan iming-iming ada kupon jika aku membeli dua plastik seharga seribu per bungkusnya.
"Nanti kalau sudah dapat 5 kupon, ustadz bisa dapat bonus satu," jelasnya. Ibrahim Okbah, siswa Arab ini juga ikut memberikan penjelasan cara membuat makanan ringan ini. Ulul Azmi, siswa asal Sumatera Barat yang merupakan pelopornya aku wawancara tentang proses pembuatan serta itumg-itungan bisnisnya dan kurekam dengan kamera handphone
Aku tantang anak-anak untuk jualan di bazar saat nanti ada Musabaqah Hifdzul Qur'an, dan mereka menerima tantanganku!
Anak-anak teruslah berkreasi!! Kalian sedang menaklukkan dunia! Karena hanya mereka yang kreatif yang mampu menaklukkan dunia!
video :
0 comments:
Posting Komentar