Yang Menjadi Guru adalah Anda! Bukan Video, Proyektor atau Handout.

Seorang rekan guru tengah semangat untuk mengajar menggunakan proyektor, ia ingin menghadirkan cara baru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Ia ingin mengubah cara pandang orang, bahwa mengajar itu tidak dengan ceramah yang akan membuat anak bosan. Guru tersebut berpikir bahwa siswa harus memiliki pengalaman belajar, tidak hanya menerima konsep guru begitu saja, salah satunya adalah dengan film, slide power point dan handout. Sebuah pemikiran yang sangat baik.

Beberapa hari sebelum mengajar di kelas satu dan dua minggu ini, ia tengah asyik membuat slide power point. Berbagai gambar dan animasi ia download dari internet, termasuk musik, sehingga diharapkan siswa akan menikmatinya. Kemudian ia mencetak hand out dan akan dibagikan kepada siswa. Bahkan ia tak bosan berganti-ganti lay out slide yang akan diberikan.

Hari pertama ia mengajar menggunakan metode baru pun tiba! Dengan semangat ia menenteng laptop dan viewer, dan ia tebarkan senyum hangat pagi hari itu. Ia masuk kelas satu dan beraksi ... !!

Ketika saya sedang asyik mengerjakan tugas, ia selesai mengajar. Saya tanya, bagaimana? Sukses? Namun ia menjawab dengan wajah cemberut, “Kesel saya sama anak-anak. Sudah capek-capek bikin handout, anak-anak malah bosen, ada yang ngantuk lagi! ... “ Nyerocos ia tumpahkan kekecewaan tentang anak-anak. Saya pun hanya mendengarkan dan terus memompa semangat, masih ada kelas dua dan tiga. Harus dicoba!

Hasilnya tak jauh berbeda! Anak-anak justru menjadi bosan, atau malah kacau karena inginnya nonton film secara penuh, bukan yang diedit sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Dan tentu saja, kegiatan belajar menjadi kegiatan nonton film yang durasinya cukup panjang! Lebih mengecewakan lagi bahwa ketika evaluasi, hasil ulangan anak-anak justru menurun ...

Akhirnya saya pun mengadakan observasi, bagaimana cara ia menguasai suasana kelas. Oooo pantas saja, ia duduk manis di depan laptop (karena tentunya ia harus memainkan slide) kemudian anak-anak mendengarkan sambil melihat visualisasi. Ditambah lagi ia membagikan handout, sehingga siswa tinggal menyimak saja. Ketika anak merasa bosan, anak meminta untuk diputarkan film .... sampai selesai!

Apa yang seharusnya ia lakukan?
Jika ingin mengajar menggunakan slide, tentunya perlu dipahami bahwa yang ingin belajar adalah anak-anak. Jadi bukan hanya selera kita, sebagai guru saja! Akan lebih baik jika Anda menggunakan remote bluetooth sehingga Anda tetap dapat berkeliling mengamati kegiatan anak sekaligus memutar slide dari jarak jauh, tidak perlu menuju laptop. Anda tetap harus berinteraksi dengan siswa selama pembelajaran, sehingga otak anak tetap dalam kondisi aktif dan tidak mengantuk. Anda juga harus memperhatikan ketinggian posisi screen/layar, jangan terlalu tinggi yang akan membuat anak pegal pada leher. Hati-hati juga dengan sinar dari proyektor yang sangat menyilaukan dan dapat merusan mata.

Bagaimana dengan handout?
Alangkah baiknya jika siswa tetap terlibat aktif dalam belajar dengan mencatat materi pelajaran. Karena dengan mencatat, ada beberapa aktivitas yang dikerjakan oleh otak : melihat – mendengarkan – mencerna – menuliskan dalam buku – melihat tulisan – mencerna. Tetapi jika siswa diberi handout, maka siswa hanya melihat handout dan mencerna saja. Hal ini lebih tidak menguntungkan lagi bagi siswa dengan model belajar auditori dan kinestetik, ia akan tidak betah berlama-lama untuk membaca handout. Hal ini tentu juga berlaku untuk siswa yang disediakan buku pegangan, karena fungsinya tidak jauh berbeda dari handout. Maka libatkan anak untuk mencatat sehingga aktivitas otak dan kinestetik juga semakin beragam yang artinya akan lebih banyak lagi yang dapat diserap anak. Dengan mengaktifkan kerja otak, anak juga tidak mudah untuk mengantuk.

Bagikan artikel melalui :

KOMENTAR

0 comments:

Posting Komentar