Kok Beda dengan Bu Guru?

Beberapa waktu yang lalu keponakan saya yang kini sedang
belajar di kelas 3 pada sebuah sekolah swasta yang (katanya) favorit di daerahku (Magelang) minta diajari menyelesaikan PR IPA-nya. Tugas rumah yang diberikan cukup banyak (sebetulnya konsep PR yang dipahami guru bagaimana ya??), dan keponakanku (tentunya teman-teman sekelasnya juga) harus menyalin pertanyaan dari BUKU PAKET!!!! Kemudian menjawabnya … Hebat!!
Materi yang ada dalam tugas rumah tersebut adalah E-N-E-R-G-I. Satu nomor pertanyaan : Apakah kegunaan energi angin bagi manusia?

Aku pun menjelaskan (seolah-olah guru eSDe..) tentang energi angin dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari yang begitu NYATA dan DEKAT dengan kehidupan di sekitar rumah. Namun apa jawab keponakan saya?


“SALAH OOM !!! “(panggilannya sih sebetulnya bukan Om!, diganti biar keren!)
“Kata bu guru, …!” bla bla bla … keponakanku yang cerdas ini menguraikan penjelasan guru : kegunaan energi angin adalah untuk menggerakkan perahu layar, menggerakkan pembangkit listrik tenaga angin dan beberapa contoh lagi.

Aku tanya keponakan, pernah lihat perahu layar? Atau bu guru memperlihatkan gambar perahu layar? Pernah lihat pembangkit listrik tenaga angin?

Keponakanku pun menggeleng pelan.”Kapal motor pernah lihat,” katanya.

Ya! Karena Magelang tidak punya laut, di Magelang tidak ada pembangkit listrik tenaga angin.

Pertanyaan selanjutnya : Sebutkan contoh penggunaan energi kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Lagi-lagi, keponakanku pun bisa menjawab sesuai dengan penjelasan guru, akumulator , pembangkit listrik tenaga nulkir, dsb!

Tahu apa anak kelas 3 SD tentang nuklir, makanan apa itu? (husnudzon saya, karena sekolah favorit, anak diberi pengetahuan yang lebih dan luas)

Akumulator? Beruntung kami punya bengkel, sehingga keponakanku tahu, apa itu aki? Anak yang lain bagaimana? Apakah guru membawa aki saat menerangkan materi?

Kenapa tidak mengambil contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari, yang dekat dengan kehidupan anak?

Ditambah lagi bu guru memberikan penilaian SALAH bagi jawaban-jawaban murid-murid kreatifnya yang tidak sama dengan buku ataupun penjelasan guru.

Pelajaran sains yang yang seharusnya dekat dengan kita, karena sains mempelajari lingkungan sekitar, pun hanya menjadi khayalan, mengambang dan jauh! Dan sekolah 'favorit', tempat keponakanku belajar pun masih memperlakukan sains sebagai pelajaran menghafal ...

Aku pun mencoba mencari tahu Bu Guru yang menjadi idola keponakanku itu,
Oo.. ternyata namanya Bu Fulanah, S.Ag.,

Aku, yang jauh-jauh ke Jakarta untuk belajar Statistika kemudian Fisika ini, merasa iri, karena keponakanku lebih ‘jatuh hati’ kepada Bu Gurunya, terlebih dalam pelajaran sains! Nggak masalah jika Bu Guru tersebut dapat menyampaikan pengetahuan sains (dan pelajaran lainnya) sebagai pengalaman belajar, agar belajar anak lebih bermakna …

Bagikan artikel melalui :

KOMENTAR

3 comments:

  1. Iya nih, kebanyakan kita memang dididik seperti itu ..

    BalasHapus
  2. Sains memang bikin pusing, apalagi fisika. Padahal itu ada disekilling kita. Bagaimana ya?

    BalasHapus
  3. Tepat sekali potret pendidikan di negeri ini. Kalau tidak seperti di atas, guru jika ditanya siswa jawabannya "pokoknya". Kapan kita mau maju?

    BalasHapus