Nilai Rapor Anak Tidak Sesuai Harapan? Ini yang Harus Dilakukan



Ada sebuah kisah seorang cendikiawan yang menuliskan perkalian di papan tulis :
5 x 1 = 5
5 x 2 = 10
5 x 3 = 13
5 x 4 = 20
5 x 5 = 25
5 x 6 = 30
Melihat tulisan tersebut, para mahasiswa berbisik tertawa kecil. Sang cendikiawan pun bertanya,
"Ada apa?"
"Baris ketiga salah hitung, Pak?"
"O ya? Salahnya di mana?"
"Bapak menulis jawaban 13, seharusnya 15."
Sang cendikiawan pun tersenyum, "Begitulah kita sering memandang seseorang. Kita sangat terampil untuk melihat satu kekurangan ketimbang terlebih dahulu memberikan apresiasi pada banyak kelebihan yang dimilikinya."

***

Hari pembagian rapor bisa menjadi malapetaka bagi anak. Di tengah lelahnya belajar dan bereuforia berlibur sejenak, malah mendengar berbagai nasihat. Karena biasanya orangtua lebih berfokus pada nilai yang tidak sesuai harapannya. Orangtua pun menjadi kecewa dan secara spontan memberi respon negatif pada anak.

Ketika orangtua merespon negatif dengan marah, ceramah dan memberi hukuman, justru membuat anak menjadi tertekan. Semakin tertekan maka semakin besar anak memberi respon negatif juga. Respon negatifnya bisa berupa penyesalan yang luar biasa, menyalahkan diri sendiri, dan kepercayaan diri pun runtuh. Bisa juga berupa bantahan, menyalahkan faktor lain terhadap jeleknya nilai rapor. Bisa juga berupa membantah apa yang dikatakan orang tua. Alih-alih harapan orangtua terwujud, anak justru jadi semakin terpuruk semangat belajarnya.
Lalu apa seharusnya respon orangtua ketika anak mendapat nilai rapor yang jelek?
Sekarang bayangkan anda sebagai orangtua, berada pada posisi anak yang mendapat nilai rapor jelek. Apa yang anda rasakan? Apa yang anda butuhkan ketika mendapat nilai rapor jelek?
Atau bayangkan di pekerjaan, apa yang anda rasakan dan butuhkan ketika target kerja anda tidak tercapai? Apakah kemarahan atasan membuat anda merasa lebih baik?
Ketika kita mengalami kesulitan, kita tidak butuh kemarahan orang lain. Ketika kita berada pada kondisi sulit, kita justru butuh orang yang mendengarkan, justru butuh dikuatkan agar mampu menghadapi kondisi sulit tersebut. Bayangkan ketika target kerja anda tidak tercapai, ada sahabat yang bersedia mendengarkan keluh kesah anda. Didengarkan adalah obat mujarab untuk semua kesulitan. Meski hanya didengarkan, seolah beban di pundak kita sudah jauh berkurang. Begitu pula dengan anak kita ketika mendapat nilai rapor yang jelek.
Bagaimana langkah orangtua menghadapi anak yang mendapat nilai rapor di bawah harapan? Apakah diterima begitu saja nilai rapor itu?
Pertama, apresiasi dan rayakan. Orangtua bisa menyampaikan terima kasih terlebih dahulu kepada anak atas perjuangan selama satu semester. Berilah pujian yang tulus atas apa yang telah meningkat dari semester sebelumnya. Di samping ada nilai-nilai yang belum sesuai harapan, tentu ada nilai yang telah mengalami peningkatan. Kemudian rayakan dengan acara sederhana, seperti makan-makan di luar, jalan-jalan atau bermain game bersama orangtua.
Kedua, bertanya. Hindari perkataan atau pertanyaan yang menghakimi anak, yang membuat anak justru menghindari untuk bercerita keadaan sebenarnya. Ajukan pertanyaan yang membantu anak merefleksikan nilai rapor yang didapatkannya. Contoh: Bagaimana nilai rapormu? Apa nilai rapor yang sudah sesuai dengan usahamu dan mana nilai rapor yang harus diperbaiki?
Ketiga, dengarkan. Dengarkan cerita anak sampai selesai. Dengarkan dengan hati, jaga nada suara dan ekspresi wajah anda. Pahami emosi yang dirasakan oleh anak. Biarkan semua uneg-uneg anak keluar secara tuntas. Uneg-uneg yang tertahan hanya akan membuat komunikasi orangtua dan anak jadi tersumbat.
Keempat, refleksikan. Ajukan pertanyaan agar anak merefleksikan usaha anak. Ketika nilai rapor anak jelek, tanyakan apakah nilai itu sesuai harapan dan usahanya. Bila tidak sesuai harapan anak, tanyakan berapa nilai yang sebenarnya bisa dicapai oleh anak pada pelajaran tersebut. Ajak anak untuk berpikir mengenai perilaku belajar yang perlu diperbaiki agar mendapai nilai yang diharapannya tersebut. Atau bisa juga perilaku belajar baru yang perlu dibentuk pada masa mendatang.
Kelima, bangun komitmen. Bila sudah menemukan perilaku belajar yang perlu dilakukan, ajak diskusi untuk menyusun rencana. Tanyakan pada anak, dukungan yang dibutuhkan dari orangtua agar anak bisa menjalankan rencana tersebut.
Contoh percakapan orangtua dengan anak dalam membahas nilai rapor:
Ibu: Jadi, kalau melihat isi rapor itu, trus mengingat lagi belajarmu satu semester ini, apa yang menurutmu sudah baik dan apa yang perlu diperbaiki?
Damai: (agak lama berpikir) Sebenarnya Mam, aku 3 kali nggak ngerjakan PR selama semester ini. Jadi beberapa nilaiku kelihatannya nggak gitu bagus juga karena itu.
Saya: O ya? Kenapa?
Damai: Aku kurang disiplin Mam, trus aku juga teledor soalnya pas kejadian lupa PR yang kedua itu karena aku lupa dimana naruh buku catatan PR-ku. Baru seminggunya lagi itu ketemu.
Jadi, nilai rapor anak jelek bukanlah akhir dunia. Jangan memberi respon negatif yang justru menghancurkan semangat belajar anak. Dengarkan dan dukung anak agar mampu bangkit atau semakin semangat belajar. Lakukan refleksi agar anak mampu menemukan solusi sendiri. Semangat belajar yang berkobar untuk menjalankan solusinya sendiri yang akan membuat anak bangkit, semakin semangat belajar dan mencapai hasil yang lebih baik.

Dinukil dengan perubahan seperlunya dari http://temantakita.com/nilai-rapor-anak/

Bagikan artikel melalui :

,

KOMENTAR

0 comments:

Posting Komentar