Facebook oh fesbuk

Sehabis shalat ashar seisi rumah ribut. Saya yang baru pulang dari lereng Merapi mencoba cari tahu, ada apa sih kok abang saya sampai nyari salah satu anaknya, keponakan saya sendiri tentunya.

Saya tanya ke mbak, "Ada apa mbak?"

"Si Hanan, di fesbuknya ada banyak gambar jorok. Nulis juga jorok kata-katanya"

Hanan adalah anak ke-2-nya yang kini sudah lulus SD dan mulai masuk pesantren nanti bulan Syawal.



Sempat kaget juga saya mendengarnya, meski hati saya mengatakan nggak mungkin Hanan sejauh itu. Tapi mencoba tenang sambil menggali informasi lebih. Abang saya yang guru ngaji ini dapat info dari sesama guru tentang isi fesbuk anaknya, bahkan saudara dari Bogor juga telepon, menanyakan hal yang sama. Dan ternyata Hanan telah di'interogasi' oleh abang saya, ayahnya. Alhamdulillah alibinya cukup kuat : gambar dan kata-kata jorok tersebut diupload saat Hanan mengikuti kegiatan sekolah 'Homestay' di Sawangan, sebuah daerah lereng Merbabu yang tentu cukup sulit untuk mengakses internet. Kesimpulannya : akun fesbuk Hanan dipakai oleh orang lain.

Oom-nya yang di Bogor sedang mencoba merecovery akun tersebut, baliau adalah guru TIK sebuah sekolah elit di Bogor. Guru TIK Hanan juga membantu merecovery akun tersebut, kebetulan rumah kami berdampingan dengan SD tempat Hanan belajar.

Kasus ini sudah menyebar di kalangan guru dan teman-teman Hanan, termasuk juga jama'ah masjid, sementara rumah kami berada persis di depan masjid. Aku lihat memang banyak yang panik dengan kejadian ini. Kok bisa? dan siapa yang melakukan?

***

Saya sendiri sudah sering menemui kasus seperti ini, di pesantren. Pernah suatu malam, hampir tengah malam, telepon asrama berdering. Salah seorang wali santri melaporkan ada gambar profil fesbuk santri Kafila yang tidak pantas. Kaget saya. Saya telusuri kronologinya, ternyata diupload pada siangnya. Sementara siang hari tersebut adalah pada waktu ujian tahfidz Al Qur'an. Kami semua tahu, saat ujian Al Qur'an selain siswa sulit untuk izin keluar juga semuanya sibuk mempersiapkan setoran hafalan. Ok, malam itu juga sebelum gambar tersebut menyebar lebih jauh saya bangunkan santri yang bersangkutan. Saya jelaskan masalahnya dan minta password fesbuk untuk saya perbaiki akunnya, karena saya juga tidak ingin anak tersebut melihat gambar yang tidak pantas.

Gagal! Saya tidak bisa login karena password sudah diganti. Alhamdulillah masih bisa merecovery akun melalui emailnya dan saya minta untuk membuat password yang baik.

Itu kejadian terakhir di pesantren. Sebelumny ada beberapa kejadian lain yang serupa.

***

Ternyata akun Hanan tidak bisa direcovery : password sudah diganti dan email invalid. Begitu yang disampaikan dari Oom maupun guru-gurunya.

Saya coba ikut bermain. Saya panggil Hanan untuk bersama-sama mengendalikan akun fesbuknya.

Banyak kasus penipuan atau pembobolan akun email, banking atau apapun itu selain bermain-main dengan kode adalah human-nya atau yang punya akun itu sendiri. Ini yang saya tempuh.

Sambil ngobrol ngalor-ngidul dengan keponakan yang masih lugu ini, saya pelan-pelan menggali info tentang aktivitas di fesbuk serta email.

Gdubrrakk!! Ternyata Hanan lupa password emailnya karena email hanya digunakan untuk membuat akun fesbuk saja, setelah itu sama sekali tidak digunakan. Saya telusuri, apakah waktu membuat akun email dan fesbuk bersamaan? Lupa! :( . Sama siapa? Adik sepupunya. Saya panggil sepupunya, buat email dan fesbuk di mana? Dia menyebutkan sebuah warnet. ... Akhirnya saya berkesimpulan, akun email dan fesbuk dibuat bersamaan. Logika saya, anak-anak pasti menggunakan password yang sama. Sayangnya ID akun email tersebut dinyatakan tidak valid oleh Yahoo. Saya minta email sekunder yang terdaftar di fesbuk, jawabannya hanya bintang-bintang (****) sekian digit.


Alhamdulillah setelah mencoba-coba sekian ID, berhasil login ke email Yahoo. Tapi masalah belum selesai karena kode verifikasi yang dikirim fesbuk belum masuk.

Bolak-balik fesbuk-yahoo akhirnya menjelang berbuka akun fesbuk berhasil diambil alih.

Ada banyak pelajaran, khususnya buat kita : orang tua, guru dan juga anak-anak kita. Apa itu? Saya tidak akan membatasi pendapat para pembaca, silahkan disimpulkan sendiri ya!

Bagikan artikel melalui :

,

KOMENTAR

0 comments:

Posting Komentar